Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2014

(Review) Max Havelaar; Cerita Kejamnya Kolonial

Yak, akhirnyaaa, setelah berbulan-bulan selesai juga gw baca buku Max Havelaar. Dan mau cerita sedikit deh tentang buku itu. " Kisah yang 'membunuh' kolonialisme. "-- --Pramoedya Ananta Toer ( New York Times, 1999) Buku Max Havelaar dikarang oleh Multatuli, atau lebih kita kenal dengan nama Eduard Douwes Dekker (1820-1887). Douwes Dekker ini petama gw kenal ya di buku sejarah jaman SMP dulu, yang bikin Indische Partij, bareng sama Tjipto Magunkusumo dan Ki Hajar Dewantara (oke dua nama ini gw googling dulu, lupa broo :v). Nah Douwes Dekker yang bikin Indische Partij ini beda dengan Douwes Dekker Multatuli. Ini juga gw baru tau. Jadi si Multatuli ini dia mengabdi sebagai pegawai pemerintah Hindia Belanda selama 18 tahun. Sebelum masuk ke isi buku, tak tulis dulu deh apa yang ada di sampul belakang buku, semacam ringkasan dari penerbitnya. Max Havelaar, ditulis oleh Eduard Douwes Dekker, mantan Asisten Lebak, Banten, pada abad ke-19. Douwes Dekker terusik

Bahagia itu Sederhana

Tulisan ini berawal dari bincang sederhana, dengan seorang sahabat. Yap, tentang bahagia. Bincang kami sederhana, menyoal masa depan. Masa dimana tak bisa kita prediksi, hanya Allah yang Maha Mengatahui lah yang mengerti soal masa depan. Manusia cukup berencana, berusaha, dan berdoa, sisanya biar menjadi rahasia Allah SWT. Frase yang sangat umum sekali kita deng ar. Bincang kami terus berlanjut, hingga soal takut masa depan. Kesimpulan kami, takut masa depan sama saja seperti kita tidak percaya sama Allah. Yap, jika memang kita beriman kepada Allah, tak perlu takut soal masa depan. Allah sudah menyiapkan semuanya, soal rezeki, jodoh, semua. Kembali, tinggal bagaimana kita berusaha dan meminta kepadaNya. Dan pada akhirnya, bincang berlanjut menyoal makna bahagia. Bahagia itu seperti apa? begitu pertanyaan kami. Jika memang bahagia itu soal materi, maka bisa saja orang itu tak kan pernah bahagia, karena pada dasarnya ia tak kan pernah puas dengan apa yang ia miliki. Yap, mungkin de