Langsung ke konten utama

Kebebasan dan Ketidakadilan


yak gw bikin lagi analisis bodoh, cuma bagian dari keresahan yang ada difikiran aja. selamat membaca, maaf yoo kalo aneh. hhe. :3


Kebebasan berekspresi, demokrasi, dan HAM sekarang seolah sudah menjadi Tuhan di Indonesia. Ya, karena semua hal jadi terkesan "boleh" dilakukan karena ya itu bagian dari kebebasan berekspresi, karena setiap orang punya hak asasi masing-masing. "Jadi ya suka-suka dong, mau gw pake baju minim, mau ga pake baju juga ya hak gw dong" begitu mungkin kata mereka, "Ini kan negara demokrasi". Ya kira-kira begitulah. Bahkan ketika pemerintah ingin membuat peraturan UU Pornografi dan Pornoaksi, beberapa aktifis (abal-abal) mendemo pemerintah karena menurut mereka itu mengekang kebebasan berekspresi.
Dan kalau di ingatkan, kira-kira akan terjadi percakapan seperti ini:

A (mba-mba pakaian minim)
B (yang mengingatkan)

B: mba, kok pake bajunya minim banget?
A: suka-suka gw dong, hak gw lah mau pake apaan.
B: tapi kan ga sopan mba kalo dipake didepan umum.
A: ya udah kalo ga suka, ya ga usah diliyat susah amat.
B: ntar kalo terjadi hal yang tidak diinginkan gimana mba?
A: ya makanya, masnya kuatin imannya. kalo imannya kuat ya ga bakal terjadi apaapa laah.

oke, mungkin ada yang pernah ngalamin percakapan seperti itu. Dan mungkin kebanyakan mereka berdalih seperti itu. Dan pengen banget gw kentut di depan muka orang yang berdalih kayak di atas. Jadi kira-kira percakapannya begini:

A: mba-mba yang berdalih tadi
B: yang kentut sembarangan
A: mas, jangan kentut sembarangan dong!
B: suka-suka saya dong, hak saya mau kentut dimana.
A: tapikan ga sopan kentut di depan orang
B: ya kalo ga suka, ya gausah dicium baunya. susah amat.
A: tapi kan kecium
B: ya makanya mba, nafasnya ditahan. kalo nahan nafas kan ga kecium baunya

hahahaa.. begitulah kira-kira. Mungkin emang agak ga nyambung analoginya. Dan silahkan di ambil maknanya sendiri-sendiri.
Nah, sekarang ke kasus lain. Mereka bilang kebebasan berekpresi, jadi ya boleh dong pake baju minim dan segala macamnya. Tapi ketika mereka bertemu dengan orang-orang yang berkerudung panjang sesuai syariat, yang bercadar, ataupun para pria yang bercelana ngatung, malah dibilang tidak mencintai budaya Indonesia, jangan kearab-araban lah, jangan fanatik dengan agama lah atau bahkan dituduh teroris lah. Ah, dimana letak keadilan? bukankah itu Hak mereka yang ingin berpenampilan sesuai syariat? lalu mengapa seolah berpakaian sesuai syariat itu salah di Indonesia?
Jika memang berpakaian sesuai syariat tidak sesuai dengan budaya Indonesia, apakah iya pakaian yang terbuka itu sesuai dengan budaya Indonesia? adakah foto-foto nenek moyang kita yang memakai pakaian terbuka? kartini memakai you can see misalnya? ada kah? bukankah nenek moyang kita juga berpakaian sopan, tertutup? bukan begitu? Lalu masalah kearab-araban, bukankah berpakaian terbuka itu keamerika-amerikaan? iyakan? kalau kata temen sih, belum adil sejak dalam pikiran.
Oke, lanjut. Seperti yang ditulis di awal tadi, HAM sudah seperti di Tuhankan. Segalanya berdasarkan HAM. Padahal menurut pelajaran PPKn SD dulu, ada hak ya ada kewajiban. Ya, berarti ada juga dong kewajiban asasi manusia? tapi apakah ada yang peduli? sedikit mungkin. Kita memang tinggal di Indonesia, negara demokrasi dengan segala kebebasan berekpresi, dan menjunjung tinggi HAM, tapi jangan lupa kita tinggal di Bumi Allah looh, adakah kita dahulukan hak-hak kita dan melupakan kewajiban kita? hmm. sekian

Wallahua'lam. yang benar datangnya dari Allah, yang salah dari pembaca sekalian. eh salah, maksudnya dari diri penulis. Kalo ada kesamaan cerita, maap soalnya inspirasinya dapet dari orang-orang.. :3

Komentar

  1. yg namanya berbuat kebaikan, pasti ada hambatannya om, tetep semangat buat yg berbuat kebaikan :)

    BalasHapus
  2. Qih.,

    aku arep pup!!!!!!!!
    :3

    BalasHapus

Posting Komentar