Oke, kali ini gw kembali dengan tulisan sotoy gw. Sebuah pemikiran yang sangat sotoy. Haha. Jadi ini tuh dulu gw bikin buat bantuin PR Agamanya temen gw. Daripada sayang tulisannya, mending tak post disini aja dah. :3
Sejauh mana peran iman dan taqwa dalam kehidupan modern.
Pertama kita harus definisikan dulu apa itu iman dan apa itu taqwa. Kita ambil
definisi yang paling sederhana. Iman adalah percaya. Mengacu pada rukun iman
yang 6, maka dapat didefinisikan (secara sederhana) lagi seperti berikut:
1. Iman kepada Allah, artinya percaya bahwa Allah itu ada.
Sederhananya seperti itu. Percaya bahwa Allah lah Sang Maha Segalanya. Percaya
bahwa ada Allah yang selalu melihat apa yang kita perbuat. Percaya bahwa ada
Allah yang mendengarkan doa-doa kita.
2. Iman kepada Malaikat. Sederhananya, percaya bahwa ada
makhluk ciptaan Allah bernama malaikat. Yang selalu bertasbih dan taat kepada
Allah. Yang salah diantaranya bertugas untuk mencatat segala perbuatan kita,
mengadili kita, bahkan mencabut nyawa kita.
3. Iman kepada Kitab Allah. Percaya bahwa ada wahyu-wahyu
Allah yang terangkum dalam kitab-kitabNya. Mulai dari Taurat, Zabur, Injil, dan
terakhir AlQuran sebagai penyempurna kitab-kitab sebelumnya. Percaya bahwa di
dalam kitab tersebut terdapat wahyu Allah tentang tata cara hidup, pedoman
hidup.
4. Iman kepada Nabi dan Rasul Allah. Percaya bahwa ada
manusia-manusia yang dipilih oleh Allah untuk menyampaikan berita gembira.
Percaya bahwa Rasulullah di utus untuk menyempurnakan akhlaq manusia.
5. Iman kepada Hari Akhir. Percaya bahwa hari akhir itu
pasti datangnya. Percaya bahwa hidup tak hanya di dunia, tapi ada kehidupan
lain setelah di dunia.
6. Iman kepada Qada dan Qadar. Percaya bahwa takdir Allah
itu ada, sudah tertulis di lauhul mahfudz.
Sederhananya seperti diatas. Kemudian Taqwa, kembali di
definisikan secara sederhana, bahwa Taqwa adalah mematuhi segala perintah Allah
dan menjauhi segala larangan Allah.
Kemudian apa peran itu semua di kehidupan modern? Jika yang
dimaksud dengan zaman modern itu adalah saat ini, maka jika melihat realita
yang ada bisa dibilang kehidupan sekarang jauh dari iman dan taqwa. Di
Indonesia Korupsi dimana-mana, kemiskinan semakin menjadi, ketidak adilan
proses hukum, degradasi moral dan sebagainya. Manusia masih hidup untuk
memenuhi kebutuhan duniawi. Uang menjadi tuhan. Rela melanggar perintah Allah
demi uang. Dan pada akhirnya? dunia tak lebih dari sekedar ajang untuk
memuaskan hasrat pribadi.
Kita ambil contoh salah satu produk zaman modern, bunga
pinjaman atau riba. Jelas-jelas di AlQuran tertera bahwa jauhi riba. Jika
memang kita benar-benar beriman dan bertaqwa, maka tentu kita akan menjauhi
riba. Namun realitanya? masih banyak orang yang melakukan riba. Tentu saja riba
ini semakin memiskinkan mereka yang miskin.
Tak usah lah ambil contoh yang jauh, yang paling dekat,
Mahasiswa. Sudah sepatutnya mahasiswa jujur dan tidak berbuat curang ketika
ujian. Namun realitanya? tak sedikit yang melakukan kecurangan. Alhasil nilai
yang ia dapat pun hasil berbuat curang dan tidak berkah, lulus dengan nilai
yang tidak berkah, mendapatkan kerja dengan nilai tidak berkah, dan pada
akhirnya memberi nafkah dari nilai yang tidak berkah juga. Selesai disitu?
tidak. Karena sudah biasa melakukan kecurangan-kecurangan yang dianggap kecil
dan hal yang umum di lingkungannya, maka bukan tak mungkin dia akan terus
berbuat tidak jujur dan kecurangan-kecurangan lainnya.
Tentu lain halnya jika iman dan taqwa benar-benar ada,
mahasiswa tersebut akan senantiasa berbuat jujur. Dan hingga akhir hayat pun,
jika iman dan taqwa terus melekat di dalam dirinya, maka dia pun akan terus
berbuat jujur. Bayangkan jika seluruh masyarakat berlaku jujur, maka tak akan
ada lagi korupsi, tak akan ada lagi penipuan, dan sangat mungkin tercipta
masyarakat yang adil dan sejahtera.
Berbekal iman dan taqwa, maka manusia akan patuh. Kenapa?
Karena dia percaya bahwa Allah melihat segala perbuatannya, percaya bahwa ada
malikat yang senantiasa mencatat amal-amalnya, percaya bahwa pada akhirnya ada
hari dimana dunia ini berakhir. Dengan begitu, manusia akan berhati-hati dalam
bertindak dan cenderung menjauhi hal-hal yang tidak di Ridhoi oleh Allah,
termasuk kecurangan tadi. Disitulah letak peranan iman dan taqwa. Sebagai
pondasi dalam membangun zaman, membangun peradaban. Dengan kembali pada
unsur-unsur rukun iman dan ketaqwaan, maka sangat mungkin tercipta suatu
peradaban yang madani. Wallahu A'lam.
Kemudian pertanyaan selanjutnya, apakah islam bertentangan
dengan zaman modern? kembali jika definisi dari zaman modern itu adalah saat
ini, maka dari realita yang terjadi bisa saya katakan bahwa zaman modern
bertentangan dengan islam. Saya balik pernyataan di atas tadi, bukan Islam yang
bertentangan dengan zaman modern, tetapi zaman modern lah yang bertentangan
dengan Islam.
Kita lihat realita di lapangan, dunia di pimpin oleh dua
kutub faham. Liberalis dan Sosialis. Faham yang ujungnya kembali pada
materialisme. Hasilnya? dengan faham liberalismenya, sistem kapitalis
berkembang yang mengakibatkan kesenjangan dalam struktur sosial. Dimana kaum
borjuis berkuasa di atas ketertindasan para proletar. Sementara faham sosialis,
atas dasar kesetaraan maka pemerintah dapat memeras milik rakyat untuk negara.
Kemudian dimana letak Islam? Islam berada di antara
keduanya. Hal-hal yang baik dari dua faham tersebut ada di dalam islam, namun
yang buruk-buruknya tak ada. Islam mengajarkan kita untuk fastabiqul khairat,
berlomba-lomba untuk kebaikan. Islampun tetap mengajarkan kita untuk terus
berlomba mencari rizqi (seperti kaum kapitalis), tentu dengan cara-cara yang
halal dan di ridhoi Allah. Tetapi tak lupa, dari rizqi yang didapat terdapat
hak-hak mereka para kaum proletar atau lebih luas disebut mustahik (seperti
kaum sosialis). Sederhananya seperti itu.
Bicara moral, zaman modern seperti sekarang degradasi moral
kian terjadi. Kejujuran menjadi hal yang langka. Apa yang terjadi? kacau.
Kembali, korupsi dimana-mana. Kecurangan menjadi hal yang lumrah. Tak ada rasa
takut akan adzab Allah. Tak ada penyesalan yang tampak dari para
pejabat-pejabat yang korupsi, bahkan bisa sebegitu santainya.
Disinilah tantangannya, di zaman globalisasi yang semakin
bebas ini, perlunya nilai-nilai Islam masuk. Tak hanya kedalam diri pribadi,
namun juga sampai kepada tatanan negara bahkan dunia. Tak perlulah kita
langsung bermuluk-muluk untuk membentuk tatanan dunia baru dibawah syari'at
Islam, cukup dengan menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Jujur, adil, peduli, disiplin, dan lain sebagainya.
Nah, mari kita bawa zaman modern ini penuh dengan
nilai-nilai Islam. Agar kelak tercipta tatanan dunia baru, dunia yang madani.
Muluk memang, tapi tak ada salahnya bercita. Wallahu A'lam.
Komentar
Posting Komentar